Vaksin Anti Kepo Riset

Yoel Sumitro
2 min readApr 22, 2020

--

Setiap selesai sebuah foundational riset, gw dengan darah Cina Kapitalis ini biasanya selalu deg-degan. Deg-degan apakah akan balik modal. Karena mau gimanapun foundational riset itu mahal. Mahal uang, mahal waktu, dan mahal tenaga. Balik modal gimana yang gw cari ? Ya ga lain dan ga bukan kalau insightnya berguna. Berguna untuk drive product innovation. Berguna untuk inform marketing atau operational decision. Intinya jadi something lah.

Namun masalahnya, sering banget yah, habis kita kasih insight yang diminta sama para stakeholder kita, insight itu ga jadi apa-apa. Cuman bagus aja dilihat.

Stakeholder pun sebenernya happy dengan hasil riset kita. Mereka akan bilang “Good job! Useful insight. Thanks for the insight” dan lain dan sebagainya. Stakeholdernya happy dan bilang kalau insightnya “useful” tapi pada kenyataannya, insight nya ga jadi apa-apa. Kenapa ada mismatched di sini? Menurut gw ada dua kemungkinann alasannya: 1. Stakeholder kadang ga tau pertanyaan apa yang mereka bener-bener butuh jawab 2. Stakeholdernya suka kepo aja. Iya kepo. Cuman pengen tahu aja.

Contohnya gini. Let’s say kita bekerja sebagai researcher untuk produk ride sharing bagian map experience. Stakeholder kita minta buat beberapa insight seperti contohnya “ada berapa banyak driver motor yang lihat mapnya waktu lagi di jalan”. Pertanyaannya kelihatan masuk akal dan menarik kan? Tapi apakah pertanyaan ini benar-benar yang butuh kita jawab? Jangan-jangan pertanyaan ini timbul ya karena stakeholder kita kepo aja. Dia ga tau kalau setelah kita jawab pertanyaan itu, dia bakal bikin product atau business decision apa.

Dan ketika nantinya kita berhasil jawab pertanyaan ini, skenarionya akan sama lagi: si stakeholder akan bilang “wah menarik. Gw baru tau kalau hanya 21% dari driver kita yang gunain aplikasi map kita.” And then? Ujung-ujungnya paling nanti dia bakal nanya lagi “Wah cariin dong yang 79% ini ga pake aplikasi map kita kenapa.” And then? Dan kalaupun kita jawab pertanyaan follow up itu belon tentu insight itu jadi apa-apa juga akhirnya. Gitu aja terus sampai vaksin Covid19 ditemuin.

Lalu gimana caranya kita buat prevent hal ini buat terjadi? Ada satu metode yang dulu gw pernah beberapa kali pakai: yaitu buat kasih hypothetical answer. Jadi gini, sebelon gw melakukan riset, gw akan balikin request si stakeholder dengan sebuah hypothetical question. “Misalin kalau hasil riset gw hasilnya nemuin kalau cuman 30% dari driver kita yang pake aplikasi map kita, lu bakal apain insight itu?”. Pertanyaan ini bisa bikin si stakeholder mikir lagi apakah dia bener-bener butuh insight itu atau dia kepo aja atau dia juga sebenernya ga tau insightnya bakal diapain ama dia.

Kita bisa coba run the exercise buat kasih hypothetical answer ini ke beberapa pertanyaan utama yang diminta oleh para stakeholder. Dari situ kita bisa filter mana yang bener-bener dibutuhkan, yang clear actionable itemnya apa, yang belum lengkap, atau yang cuman keluar karena ke-kepo-an stakeholder kita. Say no to a kepo stakeholder!

Yoel (Tapi ga bisa pake metode ini di awal-awal pekerjaan juga sih. Nanti bisa2 ga lolos probation)

--

--

Yoel Sumitro
Yoel Sumitro

Written by Yoel Sumitro

Senior Director, Product Design at Delivery Hero I Ex-tiket.com, Bukalapak, Uber, adidas I Berlin I Tweet @ SumitroYoel

Responses (3)