UX Researcher = Psikopat?

Yoel Sumitro
2 min readOct 8, 2019

--

Gw lumayan suka dengan konsep “social parity” yang sederhananya adalah keadaan status sosial yang equal. Sebagai researcher terkadang kita harus memainkan “status sosial” ini ketika kita sedang melakukan riset.

Di salah satu buku yang gw pernah baca, dibilang bahwa UX Researcher dan psikopat seperti Joker sebenernya adalah orang yang mempunyai skillset yang sama. Sama-sama suka memanipulasi keadaan dan situasi sosial sekitar. Bedanya, Joker memakai skill manipulasinya untuk berbuat anarki, tapi UX Researcher memakai skill manipulasinya untuk mendapatkan insight yang mereka inginkan. Jadi sebenernya kita ada di garis axis yang sama dengan Joker dan psikopat2 lainnya. Beda pole aja. :p

Begini contoh bagaimana kita bisa mainin konsep sosial parity ini untuk interest kita. Let’s say we want to conduct research on digital saving behaviors for middle lower economy class people in Jakarta. Ketika gw interview dan undang partisipan ke salah satu kantor co-working space keren yang ada di Jakarta, most likely akan lebih susah buat gw menggali insight dari orang-orang ini.

Kenapa? Karena social level gw sebagai interviewer bisa dikatakan jadi jauh tinggi banget dibanding dengan partisipan ini. Bayangin lu sebagai orang dari lower economy class level kemudian diundang datang ke ruang interview keren gaya industrial di bilangan Jaksel buat ngomongin hal sensitif seperti menabung dan penghasilan. Bakal sama nervousnya seperti kita sebagai orang middle class ngehe yang tau2 diajak makan malam sama John Oliver. :)

Lalu gimana dong cara menyeimbangkan social parity di kasus ini? Bisa dengan interview datang ke rumahnya. Ketika kita datang ke rumahnya, kita yang menjadi tamu sehingga secara ga langsung sosial level si partisipan bisa dibilang lebih tinggi dibandingkan kita, di dalam setting tersebut.

Tapi tidak selamanya kita harus berusaha untuk membuat social status kita sama dengan para partisipan riset. Ada kalanya kita harus menunjukkan bahwa sosial status kita lebih tinggi (ketika gw melakukan riset ke geng Uber Moto misalkan) atau justru pengen banget bikin sosial status kita jauh lebih rendah (ketika gw melakukan riset tentang penghasilan supir Taxi di Bangkok misalkan). Ada tips kecil juga tentang meng-adjust social parity ini dari setting tempat duduk interview:

  • Untuk tujuan social parity yang level : duduk di arah jam 3 dari partisipan
  • Untuk tujuan social parity yang lebih tinggi dari partisipan: duduk di seberang partisipan
  • Untuk tujuan social parity yang lebih rendah dari partisipan: duduk di posisi yang lebih rendah dari partisipan (vertically)

Jadi kita ternyata ga terlalu beda dari Joker. :)

Yoel

(Suka adjust vertical level kursi duduknya untuk tweaking sosial parity dengan lawan bicaranya)

--

--

Yoel Sumitro
Yoel Sumitro

Written by Yoel Sumitro

Senior Director, Product Design at Delivery Hero I Ex-tiket.com, Bukalapak, Uber, adidas I Berlin I Tweet @ SumitroYoel

Responses (2)