Semua Orang Pasti Lihat Buku Dari Covernya Dulu
The Affect Heuristic yang dibilang sama Paul Slovic arguing bahwa “kesukaan atau ketidaksukaan orang tentang X menentukan kepercayaan atau pendapat mereka tentang X”. Jadi misalkan ada orang yang jualan ke gw tentang “8 kebaikan makan sayuran Kale”, seberapa besar gw percaya jualan orang ini akan sangat tergantung tentang kesukaan atau ketidaksukaan gw untuk makan sayur.
Gw lumayan teringat tentang Heuristic itu ketika kemarin ada sebuah design event dengan CEO Figma, Dylan Field. Ada seorang peserta yang bertanya ke Dylan “Waktu pertama kali dulu lu jualan Figma, perusahaan besar apa yang pertama pakai design tool itu dan pitch apa yang lu pakai buat meyakinkan mereka.” Dylan ga menjawab pertanyaan ini secara langsung tapi dia kasih sebuah cerita tentang kegagalan utama di awal berdirinya Figma. Waktu itu dia bilang banyak orang “merasa” kalau Figma kurang bagus produknya, kurang intuitif, kurang oke fitur-fiturnya, jelek, dll. Setelah diperiksa-periksa, dia menemukan kalau alasan utama orang-orang “merasa” seperti itu, ternyata karena visual produk Figma yang kurang bagus. Dan uniknya setelah mereka memperbaiki visual dari produknya, tanpa menambah fitur apapun dan tanpa memperbaiki UX flow atau usability-nya, tiba-tiba orang-orang mulai menyukai produk Figma. Gila ga? How biased we are!
Yang terjadi di masa awal Figma itu persis sesuai apa yang dikemukakan sama Paul Slovic tentang Affect Heuristic, cuman di sini diaplikasikan ke dunia design aja. Jadi orang akan selalu bias tentang seberapa bagus produk kita, seberapa intuitive flow design kita, berdasarkan apakah mereka “menyukai” atau “tidak menyukai” produk kita.
Nah apa pintu utama buat orang untuk menyukai atau tidak menyukai produk kita? Salah satunya adalah visual produk kita. (Selain itu ada juga faktor-faktor tentang iklan dan branding)
Jadi saying yang bilang bahwa “don’t judge book by its cover” sayangnya ga berlaku di dunia design kita. Mau produk fitur kita secanggih, sereliable, secepat, se-usable, se-intuitif apapun, akhrnya visual atau seberapa cantik dan eye candy dari produk kita lumayan mempengaruhi judgement pengguna kita akan seberapa “berfungsi” dan seberapa menjawab kebutuhan produk itu. Tidak fair tapi ya mau gimana lagi. Kita manusia emang suka banget ga rasional.
Yoel
(Kalau gitu, hasil wawancara untuk masuk jadi UX designer juga lumayan dipengaruhi seberapa ganteng atau cantik kita dong? )