Resep biar ga gobl*k = Low fidelity design

Yoel Sumitro
2 min readJan 22, 2021

Gw akan berusaha kasih satu perspektif kenapa low fidelity design itu salah satu resep buat designer yang ga g*blok.

Gw mungkin pake kata-kata agak keras. Tapi beneran deh, kadang waktu lagi design review, gw nemuin design-design high fidelity yang g*bloknya minta ampun. Kadang gw heran kenapa bisa ga dipikirin gitu designnya. Banyak banget kesalahan fatal dari sisi flow design, visual hierarchy, atau jenis interaction design yang dipilih.

Lalu gw coba brainstorm dengan manager-manager tentang gimana supaya designer-designer di team kita ga bikin design-design yang g*blok ini lagi. Dan kita found out kalau ini a million dollar question sih. Cukup rumit untuk dipecahkan. Ada yang bilang “Itu kan jam terbang, el! Emang ga bisa berharap semua designer bisa ga menghasilkan design yang lu anggap g*blok”. Somehow gw mengaminkan kata si manager ini. Emang jam terbang yang bisa mengasah critical thinking seorang designer untuk tidak menghasilkan design yang g*blok.

Tapi kemudian gw ngerasa pasti ada cara untuk hacking jam terbang ini. Cara supaya pengalaman gw buat jadi designer selama 2 tahun di Jerman bisa dicompress jadi 6 bulan. We tried to use this simple solution: Low Fidelity and Feedback Cycle!

Waktu di Uber, low fidelity design jarang dipakai. Hampir semua designer selalu langsung menghasilkan high fidelity design. Tapi ini works karena jam terbang para designer mereka sudah tinggi. Design craftsmanship mereka udah level demi-God. Untuk kondisi designer-designer yang masih berkembang seperti di Indonesia ini, menurut gw, kita masih perlu buat pake low fidelity design dulu.

Dengan pake low fidelity design, ini akan menstimulus proses meminta feedback yang lebih sering dan cepat. Teorinya, proses feedback yang lebih sering dan cepat, design-design yang g*blok akan lebih sering ditemukan supaya bisa diimprove lebih cepat. Designer-designer jadi semakin lebih banyak melakukan pekerjaan design, belajar dari kesalahannya, berhasil me-growth hack — jam terbang!

Ada sebuah buku yang menjelaskan bahwa untuk menguasai sebuah skill tidaklah tergantung oleh berapa lama kita melatih skill itu. Melainkan tergantung seberapa sering kita melatih skill itu. Dalam 1 bulan mungkin gw bisa menyelesaikan 2 high fidelity design yang very dribbblish. Tapi dengan low fidelity design, gw bisa menghasilkan 20 paper and pencil design. Two birds one stone: jam terbang gw naik lebih cepat dan gw bisa mendapatkan feedback untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan gw.

Yoel

(Balsamiq adalah cinta kedua gw setelah pen and pencil)

--

--

Yoel Sumitro

Senior Director, Product Design at Delivery Hero I Ex-tiket.com, Bukalapak, Uber, adidas I Berlin I Tweet @ SumitroYoel