Kalau Boss-yang-Ga-Ngerti-Design-Sama-Sekali Komentar tentang Visual Design
Salah satu ex-boss gw jenius banget. Menurut gw dia salah satu orang paling pinter di Indo. Ga cuman pinter tapi dia persistent banget orangnya. Dia tipe orang yang bakal habisin satu buku cloud engineering dalam satu hari kalau besoknya dia harus meeting tentang topik itu. Tapi ada satu hal yang gw berani judge…he doesn’t breath Design at all. Design with the big D. In many topics gw akan struggling untuk ngomongin topik design sama dia. Boro-boro mau challenge, apalagi mau gimanapun dia yang gaji gw. Lol.
Kasus gw itu menurut gw ga unik. Terkadang kita emang harus bekerjasama dengan executive stakeholder yang “ga ngerti” design sama sekali.
Dan ada satu ketidakberuntungan kita sebagai orang design: semua orang (merasa) bisa (dan berhak) kasih komentar tentang design. “Kayanya lebih bagus tombolnya warna merah deh”. “Ini ga kebesaran teksnya?”. “Kurang menarik deh halamannya. Bisa ga ditambahin gambar?”. “Koq gw ngerasa halamannya terlalu kosong yah?”. “Koq gw merasa halamannya terlalu ruwet yah?”. “Design Shopee lebih bagus deh”
Keliatannya biasa. Tapi coba kalau kita bandingin praktek ini ke function data science atau engineering. Mana ada sih CEO yang komentar kaya gini: “Koq kodenya kurang mangkus dan sangkil yah?” “Kayanya metode modelling lu kurang akurat deh”. “Indentasi kodenya ga rapi yah?”. “Tech arsitekturnya nurut gw kurang bagus deh”. Ga mungkin banget kan kata-kata ini keluar dari executive yang non-engineer atau non-data science?
Tapi ya mungkin harus diterima aja. Naturenya bidang design emang gitu.
Gw ada satu trik yang biasa gw pakai kalau dapet komentar-komentar tentang design dari orang yang ga breathing design ini yaitu: cari tau intent dari komentarnya.
Jadi ketika orang itu bilang “kayanya lebih bagus tombolnya warna merah deh”, yang perlu gw tau adalah objective apa yang komentator ini berusaha ingin tuju— yang mungkin menurut si komentator, belum berhasil dipenuhi oleh design yang sekarang. Dan objective itu akan gw jadiin sebagai design challenge. Jadi bukan feedback tentang visual yang gw denger dari mereka, tapi feedback tentang unmet needs/intent itu.
Gw akan me-rephrase komentar mereka dengan kata-kata seperti ini biasanya. “Oke, menurut lu tombolnya enaknya warnanya merah karena lu merasa kalau kita ga menarik perhatian user buat mengklik tombol itu. Bener gitu ga bro?”. Kalau dianya confirm, gw tutup dengan “Nanti gw get back to you with how we solve this design issue yah. Gimana caranya bisa menarik perhatian user buat mengklik tombol itu.”
Ini TLDRnya: komentar visual dari orang yang ga tau design itu kurang valid untuk ditelan mentah2. Tapi distilasi challenge atau unmet objective dari stakeholder inilah yang legit!
Yoel
(I really love the ex-boss I mentioned about though. :p )