First Principle Thinking

Yoel Sumitro
2 min readSep 24, 2021

Udah beberapa minggu gw mulai buka sesi mentoring di ADPlist. Semacam platform yang mempertemukan mentor and mentee, lumayan populer di dunia product design.

Dari semua hal teknis yang gw perbincangkan di sesi-sesi mentoring itu, ada satu tema yang kadang gw temukan: pertanyaan-pertanyaan yang dikasih ke gw suka ga jelas atau ngadi-ngadi.

Ga jelas gimana maksudnya. Kaya gini nih contoh pertanyaannya:

  1. Gw orang UX pertama nih di perusahaan gw, gimana yah caranya gw bisa menjual pentingnya UX di sini?
  2. Gimana caranya gw bisa punya design process yang proper di startup kita?
  3. Gimana caranya supaya gw bisa dipercayai sebagai designer yah?

Kenapa menurut gw ga jelas? ya karena suka ga nyambung antara problem yang mereka bener2 alami dan solusi yang mereka tuju.

Di contoh pertanyaan pertama misalnya: “gimana yah caranya gw bisa menjual pentingnya UX di sini?”, pertanyaan gw adalah: Emang kenapa harus menjual pentingnya UX di sana? Emang problem yang dihadapi di perusahaannya sekarang akan terselesaikan kalau UX dinilai penting di sana? Emang siapa yang minta kita untuk harus menjual pentingnya UX?

Biasanya pada ga bisa jawab antara korelasi problem dan pertanyaan yang mereka ajukan ke gw. Uniknya kalau untuk masalah proses design, kita terbiasa dengan jargon “don’t jump into a solution” tapi untuk proses meta design “designing how we design”, kita jadi suka jump into a solution. Kan kebalik-balik.

Sebagai obat untuk cara pikir yang prematur ini biasanya gw bantu mereka untuk lebih mempraktekan first principle thinking. Ada banyak artikel yang bisa menjelasin tentang apa itu first principle thinking. Tapi gampangannya: untuk sebuah topik yang kita mau hadapi, kalau bisa kita drill down sampai akar permasalahannya.

Dan untuk bisa sampai ke akar permasalahannya, tidak ada cara lain selain terus bertanya. Ini tipe2 pertanyaan yang bisa kita tanyain:

Why do I think this? What exactly do I think? How do I know this is true? What if I thought the opposite? How can I back this up? What are the sources?What might others think? How do I know I am correct? What if I am wrong? What are the consequences if I am? Why did I think that? Was I correct? What conclusions can I draw from the reasoning process? (Gw ambil contoh-contoh ini dari Farnam Street)

Nah setelah tahu akar permasalahannya barulah kita bisa mendesign gimana cara solvingnya. Apakah emang harus dengan membuat design proses yang proper? Apakah emang harus bikin UX lebih dipercayai? Apakah emang harus dengan bikin design system?

Yoel

(Walaupun untuk hal di luar kerjaan, gw suka goblok dan ga praktekin first principle thinking ini sih. Suka reaktif dan impulsif. lol)

--

--

Yoel Sumitro

Senior Director, Product Design at Delivery Hero I Ex-tiket.com, Bukalapak, Uber, adidas I Berlin I Tweet @ SumitroYoel