Drama Cemburu di Dunia Perdisenan

Yoel Sumitro
3 min readMay 31, 2020

--

Hari ini banget, gw lagi banyak savoring perasaan cemburu dikarenakan salah satu hubungan (cinta) gw. Lol. Tapi somehow gw jadi ikut berpikir tentang drama pencemburuan di dunia perdesainan.

Di salah satu coretan gw sebelumnya, gw pernah menuliskan tentang pentingnya konsep guild untuk melatih craftsmanship profesi desain. Sistem guild ini mengharuskan orang-orang seprofesi dengan tingkat craftsmanship yang mirip untuk saling mengasah satu sama lain.

Namun ada satu hal unik yang gw temukan: lebih jamak gw temukan sistem mentorship daripada sistem guild. Seharusnya dengan hipotesis bahwa jumlah junior designer > jumlah senior designer, maka kombinasi jumlah guild designer seharusnya melebihi jumlah mentorship yang ada. Tapi kenapa ga terjadi yah? Yang lebih marak ya proses mencari mentor “Mas Budi, bisa jadi mentor aku ga?”. Tapi jarang misalin di twitter ada yang nanya “Eh Budi, mau ga lu jadi teman guild designer Balsamig-anti-Figma?”

Salah satu hipotesis gw: drama pencemburuan ini! Rasa cemburu atau iri hati ini yang mungkin membuat kita jadi lebih reluctant untuk reach out designer lain yang “satu level”.

Gw sendiri ga kebal dari drama ini. Ada beberapa hal unik yang gw perhatikan dari cerita internal gw sendiri. Misalkan gw selalu cemburu ke sesama designer/researcher yang mirip profilenya sama gw (umur, profesi, lingkup pertemanan, lokasi geografis, jam terbang, dll).

Misalkan nih, tadi gw baru liat LinkedIn, ada temen gw namanya Minal Jain yang barusan dipromote di jenjang karirnya sebagai Researcher di Uber. Gw punya background yang mirip banget sama Minal: S1 di negara berkembang, S2 di Ameriki, trus masuk kerja di Uber 2 minggu sebelum gw masuk. Harusnya yah, Minal jadi profile buat jadi teman guild yang paling ideal buat gw. Karena ya kita mirip-mirip stage of career and backgroundnya, ga perlu buat belajar too much untuk saling berempati, orang kita di shoes yang mirip banget. Tapi ga terjadi juga loh sistem guild gw ama Minal. Yang ada gw lebih envy karena dia abis dipromote. Lol.

Dan ga pernah tuh gw envy sama Erika Hall atau Steve Portigal. Chill aja ama mereka. Harusnya kan gw lebih envy sama mereka kalau dari segi professional — orang mereka lebih demi God gitu di dunia UX Research. Tapi this tiny peanut brain I have somehow directs me to be more envious setiap kali liat instagram stories wanita India ini yang sering bolak balik SF-Amerika Latin buat riset tentang Uber Eats itu. :p

Jelas, rasa cemburu ini counter productive buat dunia perdisainan. Semakin kita kasih makan envynya, ya semakin dikit guild yang bisa terbentuk. Ada dua hal (easier said than done) yang mungkin gw bisa pikir bisa jadi solusi.

Yang pertama, fokus ke strength masing2 anggota guild. Gw temuin ini di pertemanan (per-guild-an) gw sama Budi. Ntah kenapa gw ga pernah (terlalu) envy dengan dia. Padahal banyak situasi yang mirip antara kita berdua di dunia disain-disain ini. Umur mirip, jam terbang mirip, gaji juga mirip :p. Setelah gw pikir-pikir, hipotesa gw kayanya karena gw lumayan clear tentang apa strength gw, strength dia, dan gimana kita bisa saling melengkapi. Gw tau dengan jelas bahwa gw punya strength A, B, C yang Budi ga punya, dan Budi punya strength D, E, F yang gw ga punya. This thing somehow works to trick hati kerdil gw yang prone akan rasa cemburu yang irrational. Solusi yang kedua, lebih cliche…kurangin banding-bandingin dengan orang lain. Susah tapi menurut gw ini ya bisa dilatih. Misalin gw udah bisa berhenti banding-bandingin sama temen-temen SMA gw yang kebanyakan udah pada punya anak minimal dua (while me? For me, the closest thing to the act of taking care kids is taking care my drunk friends when they act like kids).

Jadi next time… gw akan berusaha untuk stop banding-bandingin diri gw sama Minal dan mulai focus ke apa strength gw, apa strength Minal, dan gimana kita bisa saling tajemin satu dengan yang lain.

Yoel (Yang lebih susah dari drama pencemburuan antar desainer selevel sebenernya adalah menangani cemburu sama orang yang udah punya cowo lain #curcol)

--

--

Yoel Sumitro
Yoel Sumitro

Written by Yoel Sumitro

Senior Director, Product Design at Delivery Hero I Ex-tiket.com, Bukalapak, Uber, adidas I Berlin I Tweet @ SumitroYoel

Responses (2)