Competitive UX Study

Yoel Sumitro
3 min readApr 25, 2022

--

Metode ini salah satu yg plg populer dilakuin UX Designer/Researcher. Kebanyakan berpikir bahwa metode ini terbatas pada: melakukan audit feature di produk2 kompetitor trus dilaporin ke tim produk kita apa aja yg strength dan weakness mereka. Salah kaprah itu mungkin turunan dari metode tradisional competitive research (TCR) yg udah lama dilakuin oleh business analyst atau management consultant. Perbedaan utama antara TCR dan CUXR ada di metode insight formingnya. TCR itu top down sedangkan CUXR itu bottom up.

Seorang business analyst waktu melakukan TCR akan cari tau data2 kompetitor seperti business model, revenue stream, branding power, product feature audit/benchmarking data dari public data atau using their own analysis. Tapi CUXR itu bedanya ada di kata “User”nya, jadi cari insightnya berdasarkan behaviour dan perception dari user yang memakai produknya. Jadi CUXR itu mainly bukan based on designer/researcher thinking tapi berdasarkan observasi dan analisa mereka ketika user pakai produknya.

Salah kaprah lain dari CUXR itu sering dipakai untuk cari usability problem produk lain. Ngapain coba kita mikirin gimana fix their problem. Tujuan utama dari CUXR justru menggunakan strength dan problem dari produk lain untuk find opportunites produk kita, gimana caranya kita bisa differentiate produk kita secara kreatif berdasarkan insight mereka. Ada berbagai macam tujuan dari CUXR:

a. untuk prioritizing/selecting fitur produk yang mau kita bikin berdasarkan insight dari produk lain

b. untuk concept testing akan sebuah produk yg mau kita bikin yg mirip sama produk kompetitor yg udah live di pasar (functional concept testing)

c. Untuk explore kira2 mau bikin feature apa.

Tujuan a dan b lebih tactical/spesific daripada c yg lebih generative/explorative.

Tahapan metode ini mirip tapi:

  1. Identify produk mana aja yg jd competitor
  2. Identify atribut/dimensi yg mau diriset
  3. Deciding mau gimana cara kita melakukan studynya.

Kita bahas satu2. Yg pertama identify siapa competitornya. Ada 4 tipe group of competitor biasanya: direct, indirect, niche, future. Kalau contohnya Garuda, competitor directnya: Batik, SQ, Turkish. Indirectnya: kereta, shuttle, bis. Nichenya: Lion, citilink. Futurenya: pintu kemana aja, car sharing.

Tahapan kedua tentuin atribut apa yg mau kita riset. Ini biasanya based on 3 cara: Tanya user apa yg important buat mereka, think by ourselves, dan tanya ke stakeholder mereka ttg apa prioritas question mereka.

Tahapan ketiga yg plg seru: deciding mau gimana risetnya. Balik lg ditekanin kalau metode ini di design itu lebih bottom up, jadi harus including user Metodenya gmn? Ya simplenya tinggal pake metode user research lain tapi targetnya ke produk kompetitor. FGD ke produk kompetitor. Diary study ke produk kompetitor. UT ke produk kompetitor. Interview ttg produk kompetitor.

Hasil dari CUXR ini itu bukan scoreboard. Bukan feature matrix. Bukan table yg isinya traveloka ada pny feature apa aja and tiket pny feature apa aja. Karena scoreboard/feature matrix kaya gt ga gambarin sama sekali ttg behaviour dari user akan produk kita. Toh makin ke sini feature2 yg dipunyai oleh produk2 di industry yg sama itu ya hampir mirip bgt. Trvlk pny paylater, tiket pny paylater. Tokped pny free ongkir, blibli pny free ongkir. Jadi feature matrix gt susah kasih insight apapun.

Outcome yg dicari lebih ke apa fundamental strength/weakness and gmn behavior/perception user kita akan produk2 kompetitor itu. Dan insight2 open ended tadi kita pakai sebagai dasar untuk menjawab research question kita.

Cheers,

Yoel (Jadi selama ini kamu lebih lakuin TCR atau CUXR?)

--

--

Yoel Sumitro

Senior Director, Product Design at Delivery Hero I Ex-tiket.com, Bukalapak, Uber, adidas I Berlin I Tweet @ SumitroYoel