All Hands, Ngapain Aja?

Yoel Sumitro
2 min readJan 19, 2021

All Hands itu adalah istilah lain dari Townhall. Gw salah satu proponent kuat of this ritual.

Dengan semakin bertambah besar dan kompleksnya sebuah design team maka timbul challenge-challenge baru: visibility kerjaan masing-masing designer, misalignment antar team member, culture yang makin hilang, atau vision mission yang ga tertransfer. All Hands adalah salah satu antibiotik untuk bakteri-bakteri di atas.

Di Bukalapak ataupun tiket.com kita membuat Design All Hands sekali atau dua kali per bulan. Di Uber kita ada Company wide All Hands sekali tiap minggu. Mereka adalah salah satu event yang gw tunggu-tunggu. Ngapain aja selama All Hands ini? Ada beberapa macam tipenya:

  1. Games

Yes, games. Kadang orang mikir ini hal ga penting. Tapi menurut gw, games-games ini salah satu ingredient essential untuk membentuk sebuah tribal culture. Kalau di Barat, kita bisa punya Friday beer nights, tapi kalau di Indonesia, susah buat bikin event ini. Friday beer nights adalah salah satu contoh tribal activity dimana satu design team bisa melakukan “satu aktivitas yang sama”. Satu aktivitas yang sama ini adalah salah satu syarat untuk sebuah tribal culture yang kuat. Dan games adalah salah satu alternatif yang bisa kita gunakan di Indonesia sebagai pengganti beer nights.

2. Fireside chat with management

Penting banget buat bisa tahu isi hati pemimpin kita. Karena gw percaya “when the whys are strong, the hows will be easier”. Di All Hands ini kita bisa bikin Q&A informal dengan C-levels, directors, dll.

3. Saling pamer project masing-masing

Designer and researcher kadang bekerja di ruang silo. Di All hands lah kita bisa tau project-project menarik dari team lain.

4. Lesson sharing

Kita suka mengundang guest speaker di All Hands. Topiknya ga melulu harus tentang design. Di Uber All Hands gw pernah mendengar topik tentang pentingnya tidur dan improvisasi dalam teater. Di Design All Hands Bukalapak, kita pernah bicaraiin topik seperti financial investment, standup comedy, dan asupan untuk bakteri baik.

5. War cry dan drum beat

Ini penting banget. Terutama di saat-saat crucial. Drum beat adalah war cry yang diulang-ulang terus tetang what we are doing, this is where we stand now, why we do what we do and this is what we need to do to be successful, to accomplish the mission. Diulang-ulang terus kaya radio rusak.

Drum beat helps people understand the vision by sharing our passion or our sense of urgency, and focus on those differences making contributions that add up to overall victory. It keeps people marching to the beat, everyone in step, all headed in the same direction. Seperti drum beat yang menjadi ritme untuk seluruh marching band menyelesaikan sebuah konser.

Yoel

(Pekerjaan utama waktu jadi SVP of design at tiket.com: pukul gendang!)

--

--

Yoel Sumitro

Senior Director, Product Design at Delivery Hero I Ex-tiket.com, Bukalapak, Uber, adidas I Berlin I Tweet @ SumitroYoel